Peranan Keragaman Mineralogi Lempung dalam Strategi Pemupukan P pada Tanah-Tanah Mineral Masam
Syamsul Arifin Siradz
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta
Tanah-tanah mineral masam mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka perluasan areal pertanian di Indonesia. Proyek transmigrasi misalnya sebagian besar berlokasi pada tanah ini. Sebaran-sebaran luas tanah-tanah mineral masam terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawasi dan Irian Jaya. Tanah ini dianggap sebagai tanah marginal karena umumnya kahat akan unsur hara makro dan mempunyai kapasitas jerapan terutama fosfat yang sangat tinggi yang diduga disebabkan oleh oksida-oksida besi dan aluminium.
Cuplikan-cuplikan tanah untuk penelitian ini diambil dari Lampung (14 cuplikan dari 7 profil), Jawa Barat (10 cuplikan dari 5 profil) dan Jawa Tengah (6 cuplikan dari 4 profil). Cuplikan diambil setiap 20 cm dari permukaan setelah bagian teratas dibersihkan dari seresah. Kaolin dipisahkan dari fraksi lempung (clay) dengan melarutkan oksida-oksida besi dengan larutan ditionit-citrat-bikarbonat. Oksida besi dipisahkan dari fraksi lempung dengan melarutkan lempung silikat dengan cara mendidihkan lempung di dalam larutan alkali kuat. Analisis jerapan P dilakukan dengan mereaksikan larutan yang mengandung P dalam jumlah tertentu dengan cuplikan kaolin atau oksida besi. Kandungan P di dalam larutan equilibrium ditentukan dengan metode molibdat biru. Selisih antara kandungan P semula dengan kandungan P di dalam larutan equlibrium dianggap sebagai P yang dijerap oleh cuplikan kaolin atau oksida besi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa kaolin yang berasal dari tempat yang berbeda kapasitas jerapan P juga berbeda. Kapasitas jerapan P kaolin diduga terkait dengan sifat-sifat tertentu a.l. luas permukaan dan besi (Fe2O3) struktural. Kapasitas jerapan P kaolin dalam penelitian ini berkisar antara 760-1393 μgP/g, dengan median 1019 μgP/g dan berada jauh lebih tinggi dari standar kaolin (Georgia kaolin = 146 μgP/g). Kapasitas jerapan oksida-oksida besi (goethit dan hematit) jauh lebih tinggi berkisar antara 6587-19637 μgP/g, dengan median 11488 μgP/g. Dengan asumsi bahwa pada tanah-tanah mineral masam tidak ada komponen lain yang aktif menjerap P selain kaolin dan oksida-oksida besi maka kontribusi kaolin dalam menjerap P adalah 62 % dan oksida-oksida besi 38 %. Oleh karena itu pendapat yang menyatakan bahwa retensi P disebabkan terutama oleh oksida-oksida besi dan aluminium perlu dikaji ulang. Hasil penelitian ini dapat sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan P pada tanah-tanah mineral masam dimana kaolin merupakan lempung silikat yang merajai.
Cuplikan-cuplikan tanah untuk penelitian ini diambil dari Lampung (14 cuplikan dari 7 profil), Jawa Barat (10 cuplikan dari 5 profil) dan Jawa Tengah (6 cuplikan dari 4 profil). Cuplikan diambil setiap 20 cm dari permukaan setelah bagian teratas dibersihkan dari seresah. Kaolin dipisahkan dari fraksi lempung (clay) dengan melarutkan oksida-oksida besi dengan larutan ditionit-citrat-bikarbonat. Oksida besi dipisahkan dari fraksi lempung dengan melarutkan lempung silikat dengan cara mendidihkan lempung di dalam larutan alkali kuat. Analisis jerapan P dilakukan dengan mereaksikan larutan yang mengandung P dalam jumlah tertentu dengan cuplikan kaolin atau oksida besi. Kandungan P di dalam larutan equilibrium ditentukan dengan metode molibdat biru. Selisih antara kandungan P semula dengan kandungan P di dalam larutan equlibrium dianggap sebagai P yang dijerap oleh cuplikan kaolin atau oksida besi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa kaolin yang berasal dari tempat yang berbeda kapasitas jerapan P juga berbeda. Kapasitas jerapan P kaolin diduga terkait dengan sifat-sifat tertentu a.l. luas permukaan dan besi (Fe2O3) struktural. Kapasitas jerapan P kaolin dalam penelitian ini berkisar antara 760-1393 μgP/g, dengan median 1019 μgP/g dan berada jauh lebih tinggi dari standar kaolin (Georgia kaolin = 146 μgP/g). Kapasitas jerapan oksida-oksida besi (goethit dan hematit) jauh lebih tinggi berkisar antara 6587-19637 μgP/g, dengan median 11488 μgP/g. Dengan asumsi bahwa pada tanah-tanah mineral masam tidak ada komponen lain yang aktif menjerap P selain kaolin dan oksida-oksida besi maka kontribusi kaolin dalam menjerap P adalah 62 % dan oksida-oksida besi 38 %. Oleh karena itu pendapat yang menyatakan bahwa retensi P disebabkan terutama oleh oksida-oksida besi dan aluminium perlu dikaji ulang. Hasil penelitian ini dapat sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan P pada tanah-tanah mineral masam dimana kaolin merupakan lempung silikat yang merajai.